Desain Project Pembangunan Baduy Cerdas

BAB I
                                                        PENDAHULUAN                                        
1.1 Latar belakang
Wilayah Kanekes secara geografis terletak pada koordinat 6°27’27” – 6°30’0” LS dan 108°3’9” – 106°4’55” BT (Permana, 2001). Mereka bermukim tepat di kaki pegunungan Kendeng di desa Kanekes, Kecamatan Leuwidamar, Kabupaten Lebak-Rangkasbitung, Banten, berjarak sekitar 40 km dari kota Rangkasbitung. Wilayah yang merupakan bagian dari Pegunungan Kendeng dengan ketinggian 300 – 600 m di atas permukaan laut (DPL) tersebut mempunyai topografi berbukit dan bergelombang dengan kemiringan tanah rata-rata mencapai 45%, yang merupakan tanah vulkanik (di bagian utara), tanah endapan (di bagian tengah), dan tanah campuran (di bagian selatan). suhu rata-rata 20°C. Wilayah Baduy Dalam  terletak ditengah perbukitan pegunungan Kendeng, Provinsi Banten, terpencil dan belum terusik oleh kebudayaan luar.
Baduy Dalam menempati sekitar seperempat hingga sepertiga wilayah Baduy. Yang menempati kampung Cibeo, Cikatarwana dan Cikeusik. Baduy Luar menempati areal sisanya yang langsung berbatasan dengan dunia luar, terdapat sekitar 57 kampung adat di wilayah Baduy Luar.Tanah Baduy berbukit-bukit dengan tanah vulkanik yang subur bevegetasi rimbun. Hijau membentang belasan kilometer dari Kampung Kaduketug Baduy Luar di ujung utara hingga Kampung Cikeusik Baduy Dalam di ujung selatan. Dengan total wilayahnya 5.136,58 hektare.
Wilayah yang berbukit-bukit, dan berhutan-hutan, dengan memilki lembah yang curam sedang, sampai curam sekali. Lingkungan tempat mereka tinggal tidak dijangkau oleh transportasi modern dan terpencil di tengah-tengah bentang alam pegunungan, perbukitan rimbun serta hutan, lengkap dengan sungai dan anak sungai, juga hamparan kebun dan ladang (huma).
Jumlah penduduk menurut data di Desa Kanekes per Januari 2010 sebanyak 11.172 jiwa. Jumlah penduduk Baduy secara keseluruhan, yaitu komunitas adat Baduy Dalam dan Baduy Luar. Mereka tingggal dalam komunitas adat Baduy Dalam dan Baduy luar.
Baduy Dalam menempati sekitar seperempat hingga sepertiga wilayah Baduy. Yang menempati kampung Cibeo dihuni sekitar 90 kepala keluarga, Cikatarwana dihuni sekitar 50 kepala keluarga dan Cikeusik dihuni sekitar 60 keluarga. Terhitung terdapat 200 keluarga. Kalau satu keluarga terdiri atas lima orang, berarti seluruhnya berjumlah 1000 orang, berdasarkan sensus terakhir yang dilakukan.
Baduy Luar menempati areal sisanya yang langsung berbatasan dengan dunia luar, terdapat sekitar 57 kampung adat Baduy Luar. Rata-rata tiap kampung terdiri atas 45 keluarga. Kalau setiap keluarga berjumlah 4 orang, amak jumlah seluruh warga Baduy Luar sekitar 10.260 orang.
Kesadaran sebagai bagian dari kesatuan pergaulan antar komunitas dalam bingkai Negara yang menyelenggarakan hajatan politik semakin tumbuh. Karena sebagian warga baduy sadar benar-benar “menginginkan” ikut berperan serta dalam proses demokrasi melalui pemilu yang diselenggarakan setiap lima tahun sekali. Namun baru sedikit saja warga Baduy yang dapat berpartisipasi, karena beberapa faktir yang menyebabkan mereka tidak dapat ikut berpartisipasi langsung ke tempat pemungutan suara.
Berikut ini sedikir sejarah keikut sertaannya. Pertama pada pemilu 1997, pedoman pada sikap penghormatan terhadap eksistensi Negara, lengkap dengan pemerintahannya, maka warga Baduy merasa terpanggil dalam proses pembentukan pemerintahan yang diamanahkan melalui hajatan pemilu yang ditetapkan lima tahun sekali. Namun begitu kebebasan untuk memegang prinsip-prinsip adat diantara warga Baduy harus tetap dihormati. Karena itu pada pemilu 1997, pesertanya hanya ratusan, seolah-olah sebagai perwakilan komunitas adat Baduy pada proses demokrasi yang diselenggarakan Negara.
Musyawarahyang dilakukan oleh tokoh adat Baduy yang diselenggarakan menjelang Pemilu 2009, diputuskan bahwa warga Baduy diperbolehkan mengikuti proses pemilu dnegan bebas. Namun warga Baduy  Dalam memutuskan untuk tetap tidak ikut sesuai dengan aturan adat yang diyakini. Mereka tiduk ikut serta karena sedang melangsungkan upacara adat yang tidak bisa dilewatkan. Karena mereka sangat memegang teguh adat yang harus dihormati oleh kita. Demikianlah pada pemilu tahun 2009 dari sekitar 5.000 undangan, warga Baduy Luar yang ikut memberikan suaranya berjumlah skitar 1.500 orang pada 2 TPS, dikampung Kaduketug dan Kampung Cicakal. Ini keikut sertaan yang ketiga kalinya pada pemilu yang pernah diselenggarakan.
Menyinggung soal wacana pendidikan yang sering ditanyakan atau dilontarkan orang luar kepada warga Baduy, kita akan mendapatkan jawaban berikut yang diungkapkan masyarakat biasa atau tokoh Baduy. “Bila bersekolah dan menjadi pintar, nanti malah dipakai buat minteri orang.” Yangmereka maksudkan disini kurang lebih adalah kepandaian yang dikuasai dari bersekolah justru dapat menjadi godaan kuat untuk mengakali atau menjahati orang lain. Tersirat falsafah dan morallitas kesederhanaan yang menjunjung tinggi asa kejujuran amat kental di sini.

1.2 Tujuan Desain Project Komunikasi Pembangunan “Baduy Cerdas”
1.      Kami ingin menfasilitasi dan memberikan pengarahan mengenai cara dan informasi-informasi mengenai Pemilu. Agar seluruh masyarakat Baduy dapat menyalurkan pendapat mengenai pemimpin pilihannya.
2.      Memberikan pendidikan yang memadai untuk memajukan  masyarakat yang sadar akan pentingnya mengenal huruf dan membaca.
3.      Mempengaruhi mainset masyarakat Baduy akan menjadi pintar itu tidak untuk membodohi orang lain.





BAB II
METODE KOMUNIKASI

2.1 Hambatan yang Ditemukan
Hambatan Pertama:
Akses ke Baduy Dalam yang cukup jauh serta tidak boleh menggunakan kendaraan bermotor. Sehingga membutuhkan banyak tenaga tim untuk mengadakan atau membuat tempat pemungutan suara  (TPS). Maka dari itu kami menyediakan banyak tenaga relawan yang ingin membantu mensukseksan program kami, dari relawan sendiri sangat antusias untuk membantu dan sangat ingin mengenal banyak budaya yang ada di baduy.

Hambatan Kedua:
Aturan dan ketentuan berkkunjung ke wilayah Baduy.
1.      Menghargai serta menghormati adat itiadat Baduy.
2.      Mengisi buku tamu yang telah disediakan.
3.      Tidak membawa radio/tape serta tidak membunyikannya selama berada di Baduy
4.      Tidak membawa gitar atau memainkannya selama di Baduy.
5.      Tidak membawa senapan angin atau sejenisnya.
6.      Tidak menangkap atau membunuh binatang yang ditemui di perjalanan.
7.      Tidak membuang sampah sembarangan (terutama yang berbahan kaleng dan plastik).
8.      Tidak membuang sampah atau sejenisnya ke sungai.
9.      Tidak membuang punting rokok yang masih menyala.
10.  Tidak meninggalkan api bekas masak/unggun dalam keadaan menyala.
11.  Tidak menebang pohon sembarangan.
12.  Tidak mencabut atau merusak tanaman sepanjang jalan yang dilalui.
13.  Tidak mengkonsumsi minuman yang memabukkan.
14.  Tidak membawa atau mengkonsumsi obat-obatan terlarang (narkoba, sabu-sabu dll)
15.  Tidak melanggar norma asusila.
16.  Tidak menggunakan sabun dan pasta gigi jika mandi di sungai (dikawasan Baduy Dalam).
17.  Melaksanakan ajaran/perintah agama secara tertib dan tidak mencolok.
18.  Bagi orang kulit putih (bukan bangsa Indonesia) dilarang masuk ke Baduy Dalam (Cibeo, Cikawartana, Cikeusik, Hutan Tutupan/Larangan).
19.  Dilarang memotert, membuat rekaman video, membuat film, membuat rekaman suara di wilayah Baduy Dalam (Cibeo, Cikawartawana, Cikeusik, Hutan Tutupan/larangan).
20.  Pada bulan Kawalu menurut penanggalan Baduy selama 3 (tiga) bulan berturut-turut, Baduy Dalam tertutup bagi semua tamu.
21.  Semua tamu atau penunjung tanpa terkecuali, dilarang memasuki hutan tutupan/hutan larangan.
Kita harus menghormati dan mematuhi semua aturan dan ketentuan berkunjung ke wilayah Baduy. Terutama aturan nomor 20 bahwa tidak boleh ada akses selama hari upacara adat Kawalu yang diselenggarakan selama tiga bulan mulai dari bulan Desember hingga Maret.

2.2 Metode Komunikasi
Pada tahap awal:
Di Baduy terdapat  tata pemerintahan. Jaro Lurah adalah wakil bagi masyarakat adat Desa Kanekes yang terdiri atas sekitar 60 kampung untuk pemerintahan, termasuk komunitas Baduy Dalam dan Baduy Luar. Kepala Desa Kanekes dipegang oleh Jaro Dainah di Kampung Kaduketug yang memegang mandat dari lembaga otoritas adat Desa kanekes untuk bertugas sebagai lurah. Jaro lurah juga dipercaya oleh 3 Puun di suku Baduy Dalam.
Pada awalnya kami berencana untuk meminta ijin kepada bapak lurah Jaro dan mengkomunikasikan  untuk ikut serta dalam mensukseskan pemilu-pemilu yang akan di adakan dengan komunikasi Interpersonal dengan menggunakan bahasa Sunda, agar menghilangkan kecanggungan  saat berkomunikasi serta komukasi akan lebih mudah dimengerti oleh masyarakat Baduy. Agar selanjutnya beliau dapat mengkomunikasikan terhadap para Puun di Baduy Dalam.
Kepala adat Baduy sekaligus ulama atau imam kepercayaan Sunda Wiwitan di sebut “Puun”. Jumlahnya tiga orang. Mereka tinggal di wilayah Baduy Dalam yang sakral, yaitu kampong Cibeo, Cikeusik dan Cikatarwana. Mereka menjalankan fungsi sebagai pemimpin spiritual tertinggi bagi seluruh komunitas adat Baduy, baik dalam maupun luar. Faat dari para Puun inilah yang membuat Tanah Baduy hingga sekarang masih relative bebas dari segala pengaruh budaya luar. Namun tidak begitu banyak peraturan bagi komunitas adat Baduy Luar. Contohnya seperti seperti listrik & jalan beraspal yang ditabukan di tanah Baduy. Aturan adat Baduy pun membatasi kegiatan ekonomi yang dilakukan warganya, misalnya yang menyangkut dunia pertanian. Warga baduy hanya boleh menanam komoditas asli sesuai tradisi turun-temurun. Karena semua itu dianggap akan mempengaruhi budaya Baduy yang telah ada. Namu ketiga “Puun” tersebut percaya atas kebijakan-kebijakan yang ditawarkan pemerintah melalui Jaro Lurah, seperti program Jaminan Persalinan (Jampersal) yang telah dilaksanakan di Baduy, yang telah berhasil memperkecil angka kematian.

Pada tahap kedua:
Setelah bapak Lurah dan tetua adat setuju, kami akan melakukan sosialisasi mengenai pemilu dan pengenalan pemilu sebelum 3 bulan (jika tidak ada acara adat Kawalu yang berlangsung 3 bulan, yaitu mulai bulan Desember hingga bulan Maret, jika ada kami akan melakukannya beberapa minggu sebelum pelaksanaan pemilu. Karena pada masa Kawalu tidak boleh ada akses untuk masuk ke Baduy). Hal ini dilakukan karena mayoritas penduduk Baduy Dalam buta huruf. Oleh karena itu pengenalan sangat penting.
Selama proses pengenalan sekaligus kami akan mengajarkan sedikit-demi sedikit untuk menyadarkan mereka membaca itu penting, untuk bisa tahu mengenali calon pemimpin dan bermanfaat pada saat pemilihan umum.

Program Jangka Pendek & Jangka Panjang
Untuk mensukseskan pemilu, kami akan menyediakan 3 tempat pemunungutan suara (TPS) di kampong Baduy Dalam yaitu kampung Cibeo, Cikatarwana dan Cikeusik.dan 1 TPS di kampung Baduy Luar yaitu Kanekes.
Untuk lebih mensukseskan pemilu, jika masyarakat Baduy yang buta huruf saat pemilu akan didampingi oleh petugas KPU (komisi pemilihan umum) untuk membimbing peserta pemilu di bilik pemilihan. Dengan adanya pendamping yang akan menjelaskan tata cara bagaimana cara memilih dan mencoblos dengan baik dan benar ini sangat membantu warga baduy yang sama sekali tidak mengerti dan tidak tahu bagaimana cara memilih, petugas akan senantiasa mendampingi satu persatu warga baduy yang akan melaksanakan pencoblosan, yang di harapkan agar aspirasi warga baduy dapat terlaksana dan tersampaikan, dan program ini berjalan lancar.
Program jangka panjang yang akan kami lakukan dengan warga baduy adalah mengenalkan huruf agar warga baduy dapat membaca dan merubah pola piker masyarakat Baduy bahwa pintar bukan untuk membodohi orang lain. Kami akan melakukan penyuluhan setiap satu bulan sekali dan akan memulai proses belajar mengajar, kami juga akan mendatangkan relawan-relawan yang akan senantiasa membantu dan mengajar masyarakat baduy mengenal huruf dan pastinya akan bisa membaca, kenapa pada awalnya kami ingin sekali warga baduy terlebih dahulu mengenal huruf di karenakan banyak sekali warga baduy yang tidak mengerti jika ada pemberitahuan dari pemerintah setempat akan adanya pembangunan yang baru disekitar daerah mereka, mereka hanya menggantungkan diri dari lurah mereka yang mereka anggap akan membawa mereka pada kebaikan, padahal kami berfikir mengapa mereka harus merepotkan orang lain jika mereka sebenernya juga bisa melakukannya, karena sifat orang baduy yang tertutup sehingga ketertarikan mereka pada dunia luar sangatlah sedikit, maka dari itu kami mempunyai program untuk agar warga baduy terlebih dahulu mengenal huruf-huruf yang akan membuka jalan kemajuan bagi mereka, setelah beberapa bulan program pengenalan huruf kami sampaikan kepada wargah baduy barulan program selanjutnya adalah pandai membaca program pandai membaca ini adalah yang menjadi puncak dari program yang akan kami sampaikan kepada warga baduy dan akan merubah mindset cara berfikir mereka agar lebih maju setidaknya untuk diri sendiri dan baru orang lain.



BAB III
PARAMETER PENCAPAIAN TUJUAN
Jika kita melihat sejarah, kesadaran warga Baduy semakin tumbuh. Sebagian warga baduy sadar benar-benar “menginginkan” ikut berperan serta dalam proses demokrasi melalui pemilu yang diselenggarakan setiap lima tahun sekali. Namun baru sedikit saja warga Baduy yang dapat berpartisipasi, karena beberapa faktor yang menyebabkan mereka tidak dapat ikut berpartisipasi langsung ke tempat pemungutan suara. Seperti akses yang jauh serta pemilu bertepatan dengan hari raya Ngawalu yang tidak bisa dilewatkan.
Pada pemilu 1997 pesertanya hanya ratusan, seolah-olah sebagai perwakilan komunitas adat Baduy pada proses demokrasi yang diselenggarakan Negara.
Pemilu 1999, terjadi kasus menarik. Melalui rangkaian pembicaraan diantara kakolot (pemimpin yang dituakan) yang berwenang menyoroti masalah khusus, kala itu warga Baduy memutuskan tidak ikut serta pada pemilu ini. Menurut mereka aturan pemilu yang seharusnya lima tahun sekali harus dipatuhi, bukan menjadi dua kali. Disini terbaca bahwa dalam kesedarhanaan terkandung satu sikap tenang, tulus dan teguh memegang prinsip yang mengandung kebenaran dan keadilan. Tidak mudah terbawa arus gejolak atau ontran-ontran politik yang terkesan tidak sabar dan bermain-main dengan kesempatan dalam menata kehidupan bernegara.
Pemilu tahun 2004 warga Baduy menyatakan keikutsertaannya kembali. Tercatat bahwa jumlah yang berpartisipasi pada pemilu kali ini terlihat meningkat signifikan. Menunjukkan bahwa kesadaran berpolitik (kesadaran akan hak dan kewajiban sebagai warga Negara) meningkat. Disamping itu disadari atau tidak, adanya tokoh masyarakat dilingkungan Kabupaten Lebak yang berasal dan putra asli Baduy yang terjun dan berkiprah di dunia politik, tentu berperan membangkitkah kesadaran berpolitik pada tingkat tertentu pada warga Baduy. Hal ini logis, karena perasaan sebagai kerabat dan kenyataan bahwa yang bersangkutan banyak membela dan memperjuangkan hak dan kepentingan orang Baduy tentu membawa pengaruh. Selain perasaan langsung daro peran dan perjuangan Haji Kasmin sebagai utusan golongan maupun sebagai wakil rakyat membela kepentingan komunitas adat Baduy. Hasilnya antara lain ditetapkannya perda yang mengakui hak ulayat waarga Baduy, sehingga memiliki pemukiman yang berkekuatan hokum sebagai wilayah adat Baduy yang syah.
Bila kita analisis, disini terlihat bahwa sikap warga Baduy terhadap proses pemilu mulai lebih terbuka bahkan cukup antusias menyambutnya.
Musyawarahyang dilakukan oleh tokoh adat Baduy yang diselenggarakan menjelang Pemilu 2009, diputuskan bahwa warga Baduy diperbolehkan mengikuti proses pemilu dengan bebas. Namun warga Baduy  Dalam memutuskan untuk tetap tidak ikut sesuai dengan aturan adat yang diyakini. Mereka tiduk ikut serta karena sedang melangsungkan upacara adat yang tidak bisa dilewatkan. Karena mereka sangat memegang teguh adat yang harus dihormati oleh kita. Demikianlah pada pemilu tahun 2009 dari sekitar 5.000 undangan, warga Baduy Luar yang ikut memberikan suaranya berjumlah skitar 1.500 orang pada 2 TPS, dikampung Kaduketug dan Kampung Cicakal. Ini keikut sertaan yang ketiga kalinya pada pemilu yang pernah diselenggarakan.
Ada alas an lain mengapa warga Baduy tidak mengikuti atau berpartisipasi pada pemilu tahun 2009 karena penyelanggaraan pemilu yang kebetulan bertepatan dengan hari raya adat penting bagi warga Baduy yaitu Kawalu, sehingga banyak warga yang tidak bisa ikut proses pemilu.
Oleh karena itu, kami yakin bahwa masyarakat Baduy sebenarnya perduli mengenai Pemilihan Umum (pemilu) yang diadakan selama lima tahun sekali. Dengan mempermudah mereka seperti memberikan pengarahan dan memfasilitasi mereka dengan menyediakan TPS (Tempat Pemungutan Suara) di tiga kampong Baduy Dalam dan 2 kampung Baduy Luar.
Menyinggung soal wacana pendidikan yang sering ditanyakan atau dilontarkan orang luar kepada warga Baduy, kita akan mendapatkan jawaban berikut yang diungkapkan masyarakat biasa atau tokoh Baduy. “Bila bersekolah dan menjadi pintar, nanti malah dipakai buat minteri orang.” Yangmereka maksudkan disini kurang lebih adalah kepandaian yang dikuasai dari bersekolah justru dapat menjadi godaan kuat untuk mengakali atau menjahati orang lain. Tersirat falsafah dan morallitas kesederhanaan yang menjunjung tinggi asa kejujuran amat kental di sini. Kami masih tetap antusias bahwa program pemberantasan buta huruf di masyarakat Baduy akan berhasil dengan bercemin pada Program Jaminan Persalinan (Jampersal) yang sukses dilaksanakan oleh pemerintah di Baduy, walaupun masyarakat Baduy terkenanl dengan sikap enggan menerima karena patuh terhadap hokum adat< namun jika demi kebaikan dankeselamatan mereka mtetap mau menerimanya.
Program Jaminan Persalinan (jampersal) yang digulirkan pemerintah pusat untuk masyarakat Suku Baduy di pedalaman Kabupaten Lebak, Provinsi Banten, berdampak positif karena dapat mengurangi angka kematian bayi dan ibu. “Kami hingga saat ini hanya menerima laporan meninggal seorang bayi, sedangkan ibu tidak ada, padahal sebelumnya mencapai puluhan bayi dan ibu meninggal,” kata bidan Eros Rosita yang bertugas di kawasan Baduy, Sabtu (1/10).
Saat melahirkan ibu yang berasal dari suku Baduy ditangani petugas medis, dan tidak dipungut biaya. Seluruh biaya ditanggung oleh program jampersal, namun pemerintah tidak akan membayar persalinan jika pergi ke dukun beranak.
Sejak Mei 2011 hingga kini persalinan di Baduy melibatkan 22 ibu hamil, dan hanya seorang bayi yang meninggal akibat kelahiran prematur. Selain itu 24 kader di sembilan Posyandu dan menyebar di 56 perkampungan kawasan Baduy cukup membantu petugas medis. Para kader selalu memberitahukan kepada bidan.
Program jampersal di Baduy, selain untuk memudahkan persalinan juga diharapkan dapat menurunkan angka kematian bayi dan ibu. Karena itu, setiap ibu hamil mendapatkan pelayanan pemeriksaan kesehatan, masa nifas, dan proses persalinan.
Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Lebak Maman Sukirman mengatakan, pihaknya menargetkan angka kematian bayi dan ibu pada 2011 turun. Ia menjelaskan, pemerintah daerah mendapat dana jampersal Rp 5,4 miliar, sehingga pelayanan kesehatan dapat ditingkatkan. Pelayanan kesehatan di 40 puskesmas saat ini terus dioptimalkan untuk mencegah penyebaran penyakit menular dan promosi kesehatan.


BAB IV
PERENCANAAN & ALOKASI DANA
DESAIN PROYEK KOMUNIKASI PEMBANGUNAN “BADUY CERDAS”

4.1 Waktu dan Pelaksanaan
4.1.1 Waktu & Pelakasanaan 1
Hari/Tanggal   : Selasa, 1 April 2014
Waktu             : 09.00-16.00 WIB
Tempat            : Baduy Luar, Kanekes Kecamatan Leuwidamar, Kabupaten Lebak-Rangkasbitung,
   Banten
Aktivitas:
Waktu di atas adalah waktu pertama kali kami mengunjungi Baduy Luar dan menemui Lurah Jaro. Sekaligus menjelaskan maksud dan tujuan serta meminta ijin untuk melaksanakan program “Baduy Cerdas” yang dilaksanakan untuk mensukseskan pemilu. Jika mendapatkan ijin setelah makan siang kita akan melakukan penyuluhan di Baduy Luar. Karena jarak tempuh ke Baduy Dalam kurang lebih 30 km, kami memutuskan untuk berangkat pada sore hari, karena diperkirakan kami akan sampai pada malam hari dan menginap di Baduy Dalam.

4.1.2 Waktu & Pelakasanaan 2
Hari/Tanggal   : Rabu, Kamis & Jum’at, 2-5 April 2014
Waktu             : 07.00-16.00 WIB
Tempat            : Baduy Dalam, Kampung Cibeo, Cikawartana & Cikeusik
Aktivitas:
Kami mengambil waktu pagi-pagi karena menurut informasi, pada pagi hari masyarakat Baduy akan pergi berkebun, jadi kami meminta waktu mereka sebelum mereka pergi berkebun. Saat mereka berkebun, besar kemungkinan bahwa mereka akan bertemu dengan warga Baduy Dalam yang bukan berasal dari kampong Cibeo, Cikawartana & Cikeusik. Dan nantinya mereka akan menyebarkan informasi kepada warga lainnya. Bahwa ada TPS di tiga kampong Baduy Dalam tersebut. Selain itu, kami akan membagi tim relawan untuk berkunjung ke kampong-kampung lainnya.
Kampung Baduy Dalam yang paling dekat adalah Cibeo dan Cikawartana, kami akan mensosialisasikan dan memberitahukan bahwa kami akan mendirikan tempat pemungutan suara (TPS) pada tanggal 9 April 2014 di sana agar warga tidak perlu bersusah payah umtuk menyampaikan aspirasinya ke luar dari Baduy Dalam. Kemudian kami secara perlahan akan menyadarkan warga bahwa membaca, menulis dan berhitung itu penting. Serta menjelaskan bahwa setelah pemilu 9 April kami akan mengadakan program “Bandung Cerdas”, yaitu program gerakan Baduy pintar tapi bukan untuk membodohi orang.
Kampung Cikeusik agak berjauhan dengan kampong Cibeo dan Cikawartana, sehingga membutuhkan lagi waktu 1 hari. Sehingga kami memutuskan agar efektif, kami mengambil tempat 3 kampung saja.

4.1.3 Waktu & Pelakasanaan 3
Hari/Tanggal   : Senin, 7 April 2014
Waktu             : 07.00-10.00 WIB
Tempat            : Baduy Luar Kanekes, Baduy Dalam, Kampung Cibeo, Cikawartana & Cikeusik
Aktivitas:
Dua hari sebelum pemilihan kami akan kembali ke Baduy untuk mengingatkan bahwa hari rabu 9 April ada pemilihan calon anggota legislatif dan memberikan arahan kepada warga cara mencoblos. Serta kami meminta ijin esok hari kami akan menginap di 4 kampung baduy untuk persiapan Pemilu. Dan kami akan meminta bantuan pemerintah agar bilik suara, serta peralatan pemilu, kami meminta agar disediakan lebih awal, karena perjalan kami sejauh 30 km dan tidak ada akses untuk kendaraan bermotor.

4.1.4Waktu & Pelakasanaan 4
Hari/Tanggal   :Selasa, 8 April 2014
Waktu             : 16.00 WIB
Tempat            : Baduy Luar Kanekes, Baduy Dalam, Kampung Cibeo, Cikawartana & Cikeusik
Aktivitas:
Kami akan membagi 4 kelompok tim relawan. Untuk mempersiapkan TPU di empat tempat, yaitu Baduy Luar Kanekes, Baduy Dalam, Kampung Cibeo, Cikawartana & Cikeusik.

4.1.5 Waktu & Pelakasanaan 5
Hari/Tanggal   :Rabu, 9 April 2014
Waktu             : 07.00-12.00 WIB
Tempat            : Baduy Luar Kanekes, Baduy Dalam, Kampung Cibeo, Cikawartana & Cikeusik
Aktivitas:
Keberuntungan bagi kami, pemilu tahun ini tidak bertepatan dengan hari raya Kawalu, yang dilaksanakan mulai bulan Desember hingga Maret, sehingga masyarakat Baduy dapat tetap melaksanakan atau mengikuti proses Pemilu. Selama proses pemilu kami kan memberitahukan kepada seluruh peserta bahwa setelah pemilu ini, masih ada pemilihan Calon Presiden dan wakilnnya pada tanggal Sembilan Juli. Dan setiap sebulan sekali kami kan mengunjungi mereka untuk selalu memberikan informasi mengenai pemilu dan mengajarkan mereka membaca, menulis dan berhitung yang dimulai pada esok hari. Kami akan meningglkan beberapa kru yang akan pulang lusa, karena esok mereka akan mengajar warga Baduy.

4.1.6 Waktu & Pelakasanaan 6
Hari/Tanggal   :10 April, 10 Juni, 10 juli – dst.
Waktu             : 07.00-10.00 WIB
Tempat            : Baduy Luar Kanekes, Baduy Dalam, Kampung Cibeo, Cikawartana & Cikeusik
Aktivitas:
Serta pada tanggal 10 juni kami akan mengingatkan mereka tentang adanya pemilu pada 9 Juli mendatang. Selama setiap sebulan kami akan bergantian dengan tim sukarelawan untuk mengajar di Baduy. Ini merupakan program jangka panjang. Sehingga kami akan melakukannya terus menerus selama setiap sebulan sekali. Hingga masyarakat Baduy bahwa pendidikan itu penting.

4.1.7 Waktu & Pelakasanaan 7
Hari/Tanggal   : 8-9  Juli 2014
Waktu             : 07.00-10.00 WIB
Tempat            : Baduy Luar Kanekes, Baduy Dalam, Kampung Cibeo, Cikawartana & Cikeusik
Aktivitas:
Kami akan melakukan persiapan serta melaksanakan pemilu presiden 2014 di Baduy. Dan diharapkan warga Baduy antusias untuk mengikuti acara pemilu ini seperti mereka mengikuti acara pemilu pada puluhan tahun sebelumnya yang dilaksanakan di kampong Kanekes Baduy Luar.

4.2 Perencanaan Keuangan
PERENCANAAN KEUANGAN PROYEK PEMBANGUNAN BADUY CERDAS
NO
Uraian
Debet
Kredit
Saldo
1
Pemasukan:
·         Dana Pemerintah

Rp 10.000.000,-

Rp 30.000.000,-
·         Dana Sumbangan
RP 20.000.000,-
2
Pengeluaran :
·         Transportasi


Rp. 10.000.000,-
Rp 20.000.000,-
·         Konsumsi
Rp. 8.000.000,-
Rp 12.000.000,-
·         Papan Tulis
Rp. 300.000,-
Rp 11.700.000,-
·         Alat tulis dan Buku
Rp. 2.000.000,-
Rp 9.700.000,-
·         Meja TPS
Rp.  3.500.000,-
Rp6.200.000,-
·         Print+potokopi
Rp. 1.000.000,-
Rp   5.200.000,-
·         Sewa Tenda
Rp.  4.500.000,-
Rp   700.000,-
·         DLL
Rp. 700.000,-
Rp   0.00,-
3
SaldoAkhir


Rp        0.00,-




BAB V
KESIMPULAN
Jadi program “Baduy Cerda” yang akan kami lakukan di Baduy itu adalah untuk mensukseskan Pemilu 2014 dan memberikan kesempatan kepada masyarakat untuk menyampaikan aspirasi mereka kepada pemerintah. Serta merubah pola pikir masyarakat Baduy Dalam dan baduy Luar bahwa pintar bukan untuk membodohi orang lain.
Kami ingin menfasilitasi dan memberikan pengarahan mengenai cara dan informasi-informasi mengenai Pemilu. Agar seluruh masyarakat Baduy dapat menyalurkan pendapat mengenai pemimpin pilihannya.
Memberikan pendidikan yang memadai untuk memajukan  masyarakat yang sadar akan pentingnya mengenal huruf dan membaca. Mempengaruhi pola pikir masyarakat Baduy akan menjadi pintar itu tidak untuk membodohi orang lain.
Sehingga masyarakat Baduy bisa maju dalam berpartisipasi sebagai warga Negara dan mendapatkan hak secara baik dan dapat bertanggung jawab kepada Negara.



DAFTAR PUSTAKA

Erwinantu. 2012. “Saba Baduy”. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.

0 Response to "Desain Project Pembangunan Baduy Cerdas"