Penulisan Humas Pertemuan 3


Judul : Ukuran Baku Tulisan Jurnalistik Maupun Public Relations

A.    Pendahuluan
Walaupun wartawan tidak terlalu diuntut untuk menulis berita atau laporan dengan jenis narasi, namun ia harus mampu membuat Tulisan Yang Baik. Ukuran baik tidaknya suatu tulisan memang tidak selalu sama bagi semua orang. Tetapi paling tidak ada tulisan baku yang dapat dipergunakan. Ukuran baku tersebut adalah:
1.      Isi
Tulisan yang baik adalah:
a.       Tulisan berisi gagsan baru
b.      Tulisan itu harus asli
c.       Tulisan itu harus dengan pengkajian yang masuk akal/logis
Untuk mengukur baik tidaknya suatu tulisan, kita harus:
a.       Mengji gagasan yang dipaparkan tersebut
b.      Langkah gagasan yang dipaparkan harus diambil dengan:
1)      Memilih dan membatasi pokok persoalan
2)      Menafsirkan dan menjabarkan pokok-pokok persoalan tersebut
3)      Merancang dan memaparkan pokok persoalan tersebut dalam tulisan
Ada beberapa kelemahan Wartawan atau Penulis:
a.       Terutama wartawan/penulis pemula sering mencari pokok permasalahan yang terlalu hebat
b.      Tidak membatasi dan menafsirkan persoalan tersebut secara cermat.
c.       Suatu pokok persoalan selalu meluas dan kabur sering menggunakan gaya susunan Piramida Normal, seharusnya piramida terbalik
Contok pokok permasalahan yang luas:
“Korupsi dan Pemberantasannya”
Tentang korupsi ini kita telah tahu, pokok ini merupakan masalah lama dan tokoh berlarut-larut. Banyak orang telah berbicara tentangnnya dan pemberantasan korupsi telah lama dicanangkan dengan undang-undang, tetapi tak pernah selesai.
Setelah kita coba memilih dan membatasi pokok persoalannya, kita tafsirkan dan jabarkan, barulah kita merancang suatu paparan. Rancangan itu kita sebut dengan Outline atau Garis Besar.




Tugas:
Buat satu tulisan dengan Outline lengkap
1)      Judul
2)      Ddata yang harus dicari
3)      Buku yang diperkirakan menunjang tulisan anda
4)      Bab-bab yang akan ditulis
2.      Bahasa
Bagi penulis atau wartawan, bahasa merupakan alat untuk mengungkapkan seluruh gagasannya. Ia harus mampu menggunakan bahasa dengan baik agar maksud yang akan disampaikannya menjadi jelas dan dimengerti secara benar oleh pembacanya.
Syarat yang baik:
a.       Penulis/wartawan mampu memilih kata-kata yang tepat
b.      Kata-kata itu diuntai menjadi kalimat dan kalimat-kalimat disusun menjadi alinea atau paragraf
c.       Dengan untaian kata yang baru dan susunan kalimat yang baik, teratur dan runtut
d.      Pokok yang diuraikan akan dimengerti dengan benar oleh pembaca
e.       Hindarkan pembaca mengartikan kalimat dan paragraf anda itu menjadi biasa atau meragukan atau pengertian ganda.
Aspek Penilaian
a.       Tata bahasa
b.      Perbedaan kata
c.       Ejaan
Untuk ejaan tetap berstandar pada EYD. Kata menaikkan harus ditulis dengan dua huruf “k” kata pertanggungjawaban jangan diganti dengan dengan pertanggungjawaban.
3.      Pemaparan
Skala Pemaparan berkaitan erat dengan kemampuan penulis atau wartawan menjalin paragraf-paragraf yang ditulisnya secara sistematis. Kemampuan menjalin paragraf suatu paparan yang runtut dan mengalir itu tergantung dari sistematika berfikir wartawan atau penulis. Dalam soal pemaparan itu wartawan atau penulis dituntut:
a.       Tidak keluar dari pokok persoalan yang dibahasnya
b.      Cara menarik kesimpulan menentukan lancer tidaknya pemaparan tersebut
c.       Contoh seorang penulis memaparkan tentang gajah, ia harus memaparkan dengan bahasa yang jelas tentang gajah tersebut.
Contoh pemaparan yang menarik kesimpulan yang salah:
“Harimau adalah binatang, gajah adalah binatang. Maka harimau sama dengan gajah”
Kesalahan diatas terletak pada cara menarik kesimpulan, tetapi juga di dalam mengajukan data. Kesalahan ini sering terjadi oleh penulis maupun wartawan karena penulis/wartawan menyimpang dari pokok pembahasan.
Contoh:
“Gajah adalah binatang buas yang hidup di pulau Sumatera, begitu buas bila diganggu. Dengan belalainya yang panjang, gajah mampu menumbangkan rumah. Belalai gajah panjang itu sangat kuat. Juga sangan panjang seperti ularPhyton yang dapat meremukan tulang seekor kerbau. Ular phyton itu hidup di hutan-hutan. Ia dapat menelan seekor kambing sekaligus dan setelah itu ia akan tidur tiga bulan dan seterusnnya.”
Contoh penggunaan bahasa Indonesia Yang Tepat
a.       Pokok Aturan Pertama
Yang penting atau dipentingkan ditempatkan di depan
Yang kurang penting atau keterangan di belakang.
Contoh:
Salah         : Ini buku bagus
                    Nanti malam kita menonton
Betul         : Buku ini bagus
                    Malam nanti kita membaca
Kecuali kata yang telah dipengaruhu Bahasa Sansekerta
Contoh:
Perdana menteri (Sansekerta)
Bumi putera (Sansekerta)
Mahaguru (Sansekerta)
Kalau Bahasa Indonesia yang sebenarnya dan benar adalah:
Menteri perdana
Putera bumi
Guru maha
Karena itu kita mengambil dari Bahasa Sansekerta, kata tersebut ditulis sebagaimana aslinya:
Contoh lain:
Bina Graha yang berarti rumah pembangunan yang tepat menurut aturan bahasa Indonesia adalah Graha Bina, tetapi karena kata tersebut asal kata Sansekerta, maka kita tulis sebagaimana mestinya, yaitu Bina Graha.
b.      Pokok Aturan Kedua
Kata Benda Bahasa Indonesia tidak punya bentuk “Jamak” (Plural, Jumah dari Satu) untuk menunjukkan jamak cukup digunakan kata: banyak, berapa, semua, segala, setengah dan sebagainya.

Contoh:
Banyak mobil                    semua anggota
Beberapa kendaraan          setengah orang
Segala macam                   lima negara
c.       Kelompok Huruf Keras Dramatik
Contoh:



d.      Kelompok Huruf Spontan/Ringan/Santai


0 Response to "Penulisan Humas Pertemuan 3"